“ (Bahasa Kasarnya Janganlah Jadi Pengemis Tapi Jadilah Majikan) “
Selasa, 29 November 2016
Potret Mahasiswa Yudharta
Oleh : GmnI Yudharta
Mahasiswa
Universitas Yudharta Pasuruan dipandang dari berbagai latar
belakangnya sebagian dari Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan ada
yang di pondok pesantren, mukim dan ngekos bahkan ada juga yang
ngontrak sehingga problematika yang dihadapi oleh Mahasiswa Universitas
Yudharta Pasuruan bervariasi bentuknya.
Oleh
karenanya, banyak Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan terlena
dengan anggapan yang cukup tinggi dalam proses belajar mengajar di
kampusnya dari mereka ada yang bercita-cita yang menjadi A, B, sampai Z
cita-cita ini tak terhingga batasannya.
Apakah
ini bentuk Mahasiswa pada zaman sekarang yang belum atau sudah
melakukan teori belajar mengajar secara benar tetapi belum mengikuti
kekuatan pemikiran yang harus dialami walaupun sedikit kekiri-kirian
atau ke pemikiran yang berhaluan kebaikan.
Dengan melihat realitas Mahasiswa kebanyakan pada umumnya yang masih bersifat Hedonisme, Malesisme, Egoisme, Pragmatisme
maupun yang belum mempunyai pemikiran yang dapat mencerahkan, ketika
Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan memiliki pemikiran bahwa mereka
mempunyai beban yang mulia dan mempunyai harapan yang harus dicapai
tetapi banyak permasalahan yang belum pernah dijalankan sehingga
permasalahan yang dihadapi menjadi hambatan terhadap aktivitas serta
kreativitas nalar Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan secara umum.
Sebagai Mahasiswa yang seharusnya mempunyai sifat/karakter
idealis, kritis, progresif, intelektualisme atau kata lain dari agama
saya yang bersumber dari adaah Al-Qur’an bisa juga disebut sebagai Ulil
Albab dan kreativitas pemikiran tidak akan
memikirkan permasalahan itu dengan sangat serius tetapi bagi Mahasiswa
yang memiliki sifat/karakteristik demikian sebuah per-masalahan yang ada
itu dijadikan sebagai perangkat menerapkan teori dan methode yang
pernah dikaji dalam kampus maupun yang didapat di luar kampus
[organization].
Masalah
Permasalahan
Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan yang dilematik membawa
kehidupan pada orientasi yang belum pernah ditemui semisal Mahasiswa
Universitas Yudharta Pasuruan yang mempunyai angan-angan menjadi kontrol
sosial civil of control, keagamaan yang matang civil of religions
maupun penengah social masyarakat civil of banlance.
Angan-angan
ataupun gagasan Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan yang mempunyai
tekad khasanah social semua itu dilatarbelakangi oleh kekuatan
pemikiran, kalau kita mengaca Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan
zaman sekarang gairah keilmuan, organization, membaca, Dll yang agak
relative menurun perlu ada support untuk mendorong kegiatan agar tidak
mengalami stagnasi.
Permasalahan
demi permasalahan yang dialami oleh Mahasiswa Universitas Yudharta
Pasuruan perlu dikaji ulang kebenaran dan kelayakan dalam berfikir
mereka apakah mereka masih sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan oleh
personal Mahasiswa ketika dia berangkat sampai dia menyelesaikan
perkuliahan atau bahkan hanya melihat pemandangan yang bersifat
budluiyyah, Kemudian kalau realitas Mahasiswa Universitas Yudharta
Pasuruan yang sok ada diperpus tapi tanpa adanya pembacaan atas wacana,
membuka buku besar dunia dan penekanan pada kajian-kajian ilmiah.
ketika Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan yang mempunyai sosok
karakteristik baik tetapi pada tataran keilmuan mempunyai kelemahan yang
cukup banyak dalam interaksi dan pola pendewasaan sebagai Mahasiswa.
mengutip bahasa yang sering di ungkapkan Mahasiswa Universitas Yudharta
Pasuruan harus mempunyai planning yang konkrit dalam setiap waktu,
situasi dan kondisi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang mapan tetapi
itu semua sia-sia karena planning maupun program yang mendorong
kreativitas Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan terhalang oleh
stagnasi program BEM Universitas.
Melihat
stagnasi program BEM-U mengakibatkan kreativitas, semangat
berorganization, semangat untuk terus memberikan yang terbaik terhadap
Universitas, semngat untuk progresif, dan karakteristik Mahasiswa
Universitas Yudharta Pasuruan terkikis sedikit-demi sedikit kemudian
kekuatan yang mendorong pengaruh Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan
sebagai control, penengah dan sebagainya hilang karena kreativitas
yang ada mengalami stagnasi.
Boleh
jadi Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan sekarang mengalami
degradasi inteligensi baik dalam segi organization, sinergitas antar
mahasiswa, maupun wacana yang berkembang, kalau hal ini merambah dalam
sturktur otak mungkin perlu tahapan penting yang dapat dikaji oleh
Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan untuk mendorong serta
memproduksi kreativitas nalar yang perlu untuk mewarnai Mahasiswa
Universitas Yudharta Pasuruan sebagai bentuk manusia yang memiliki
pemikiran idealistis.
“
BERFIKIRLAH TETANG APA YANG AKAN KALIAN BERIKAN KEPADA UNIVERSITAS DAN
JANGAN BERFIKIR TENTANG APA YANG AKAN DIBERIKAN UNIVERSITAS KEPADA
KALIAN “
“ (Bahasa Kasarnya Janganlah Jadi Pengemis Tapi Jadilah Majikan) “
“ (Bahasa Kasarnya Janganlah Jadi Pengemis Tapi Jadilah Majikan) “
Membangun Sinergitas Elemen Mahasiswa Yudharta

Oleh :GMNI Yudharta
Berikut beberapa fenomena yang merupakan akibat dari terkotak dan terspesialisasinya pergerakan mahasiswa:
- Minat mahasiswa untuk bergabung dalam organisasi intra kampus sangatlah rendah, mereka menganggap aktualisasi diri yang ditawarkan dalam organisasi tersebut sudah cukup dengan pelajaran di Hima Prodi atau Jurusannya masing-masing.
- Semakin meluasnya apatisme dan kelesuan partisipasi dan aktifitas ekstrakurikuler kampus, kecuali aktivitas resmi.
- Tidak adanya koordinasi yang kontinyu antar lembaga mahasiswa dimasing-masing Hima Prodi, sehingga terkesan Hima Prodi bergerak sendiri-sendiri.
- Dan banyak contoh lainnya.
Yang diperlukan sekarang ini adalah pengaktifan kembali tulang punggung pergerakan mahasiswa di intra kampus, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa dalam arti aktif yang sebenarnya yaitu benar-benar dikelola oleh mahasiswa, Saatnya mahasiswa untuk berkreasi dan kembali memberikan kontribusi yang nyata bukan hanya dalam disiplin ilmu masing-masing tetapi juga dalam ikut serta mematangkan peran Universitas dalam Masyarakat dan bangsa
.
.
Pemaparan singkat diatas setidaknya menyadarkan kita tentang bagaimana kondisi pergerakan kita (mahasiswa) dan apa yang semestinya kita lakukan. Dalam hal ini saya akan berbicara dalam sekup UYP saja, yaitu untuk memajukan UYP kita ini perlu adanya sinergisitas baik dalam tataran wacana, pemahaman dan aksi diantara elemen-elemen pergerakan mahasiswa serta pihak birokrat kampus dan seluruh civitas akademika di kampus ini.
Demi membangun sinergisitas pergerakan mahasiswa maka yang pertama kali diutamakan adalah kerjasama dan kekompakan elemen-elemen mahasiswa itu sendiri. Saat ini, aktivis-aktivis mahasiswa sendiri telah terkelompokkan dalam berbagai organisasi mahasiswa, baik organisasi intra kampus yang bergerak sesuai bidang dan Hima Prodinya serta organisasi ekstra kampus yang mengusung ideologinya masing-masing. Semua elemen ini harus bersatu, karena pada dasarnya tujuan kita adalah sama yaitu untuk memajukan UYP, khususnya dalam gerakan kemahasiswaannya. Walaupun tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam mencapai tujuan tersebut masing-masing dari elemen memiliki visi dan jalan/rumusan sendiri, dan bahkan terkadang jalan-jalan kita masing-masing ini saling berseberangan, sehingga perlu sesuatu yang disebut E2 80 98 kedewasaan E2 80 99, ya kedewasaan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut, jangan sampai membuat kita lupa akan tujuan utama untuk memajukan Universitas kita ini. Kedewasaan harus kita tanamkan dan kita bina di dalam diri kita baik sebagai individu maupun sebagai suatu organisasi mahasiswa, juga perlu kita tekankan dalam sistem kaderisasi yang diterapkan dalam masing-masing elemen. Jangan sampai kita dilenakan kepentingan pribadi/kelompok sehingga menafikan kepentingan bersama untuk kemajuan UYP. Yang berikutnya adalah komunikasi, barangkali di mindset kita sudah tertanam konsep kedewasaan tadi, tetapi karena tidak adanya komunikasi antara elemen membuat hal tersebut sia-sia.
Komunikasi menjadi sangat penting dalam membangun sinergisitas ini, terutama ketika sudah dalam tahap action atau penerapan di lapangan dari apa yang telah kita (masing-masing elemen) rumuskan di internal masing-masing, komunikasi ini menjadi alat yang akan menyatukan gerak sehingga gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang benar-benar diperhitungkan dan secara efektif menjadi agent of control ataupun agent of change, demi kemajuan bersama.
Komunikasi menjadi sangat penting dalam membangun sinergisitas ini, terutama ketika sudah dalam tahap action atau penerapan di lapangan dari apa yang telah kita (masing-masing elemen) rumuskan di internal masing-masing, komunikasi ini menjadi alat yang akan menyatukan gerak sehingga gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang benar-benar diperhitungkan dan secara efektif menjadi agent of control ataupun agent of change, demi kemajuan bersama.
Secara konkrit seharusnya ada forum bersama yang menyatukan seluruh komponen pergerakan mahasiswa untuk kemudian membahas bersama permasalahan di UYP ataupun didaerah maupun nasional, dan kemudian diupayakan dihasilkan keputusan bersama, setidaknya komitmen bersama untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Berikutnya membangun komunikasi timbal balik dengan pihak penyelenggara universitas, memposisikan pergerakan mahasiswa sebagai bagian yang secara aktif ikut membangun UYP dan mengawasi pengembangan dan pembangunan yang diselenggarakan lebih khusus pada ranah pengorganisasian mahasiswa.
Insyaallah cukup demikian sedikit uraian tentang sinergisitas pergerakan mahasiswa, semoga coretan ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita dan menjadi bahan renungan yang menggugah setiap jiwa untuk bergerak, karena tak bergerak itu adalah mati.
Minggu, 27 November 2016
GMNI PASURUAN Lakukan Aksi Anti Tipu Muslihat
GMNI gelar Aksi Anti Tipu Muslihat di gedung Pemkab Pasuruan (20/10/2016) |
wismarhaenpas-Puluhan mahasiswa dari sejumlah universitas di Pasuruan yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) meluruk kantor Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Pasuruan, Kamis (20/10/2016) siang.
Mereka menuntut keadilan dari Pemkab Pasuruan yang dianggap kurang tanggap menanggapi permasalahan banjir tahunan dan dinilai terlalu menghambur - hamburkan uang untuk kegiatan yang kurang bermanfaat dan tidak pro rakyat.